Zerb tersentak bangun dari tidurnya. Seketika itu juga dia mengangkat tubuhnya dan duduk sambil mengatur napasnya yang tersengal.
Seluruh tubuhnya basah kuyup oleh keringat. Mimpi barusan terasa begitu nyata. Walaupun entah sudah berapa ratus kali dia mengalami mimpi yang sama, tapi rasanya kali ini berbeda. Seolah-olah dia benar-benar mengulang kembali kejadian paling mengerikan dalam hidupnya itu.
Kejadian di mana kedua orang tuanya dibunuh dengan begitu sadis oleh tiga orang penyihir dari ras Wandius, tepat di hadapannya hampir enam tahun yang lalu.
Tanpa Zerb sadari, air matanya telah meleleh dan menetes-netes di atas selimut hijau tuanya, tubuhnya bergetar karena rasa sedih, dendam dan takut yang telah mendekam sekian lama.
"Tak lama lagi usiamu tiga belas tahun dan kau masih menangis seperti bocah."