Minggu, 08 Mei 2011

The Last Artan Mage

    Musim panas baru saja pergi. Dedaunan mulai menguning dan udara mendingin. Sendirian, Altraz berjalan menyusuri pinggiran kota yang sepi, mencoba memikirkan semester baru yang akan dimulai tiga hari lagi. Tanpa sadar ternyata dia berjalan terlalu jauh dan sudah hampir mencapai hutan di tepi kota. Sesaat dia berpikir untuk kembali ke kota, tapi begitu melihat puncak pepohonan di hutan bergoyang tertiup angin, dia melangkahkan kakinya menuju hutan itu.
    Sudah lama sekali sejak pertama kali dia memasuki Hutan Assylum, saat dia berumur 7 tahun, saat kepalanya masih dipenuhi oleh cerita-cerita gila tentang makhluk-makhluk gaib yang ada di sana. Sebenarnya Hutan Assylum adalah hutan buatan, semua hewan dan makhluk gaib yang ada di dalamnya adalah hewan-hewan dan makhluk-makhluk langka yang ada di seluruh Fairyzard, semacam kebun binatang yang sangat luas. Memang ada bagian-bagian tertentu yang berbahaya, di mana terdapat makhluk-makhluk gaib yang cukup buas, tapi itu di bagian terdalam hutan. Sementara di pinggiran hutannya hanya ada hewan-hewan jinak dan lucu.
    Saat pertama kali memasuki Hutan Assylum, Altraz begitu bersemangat. Dia dan Bill, sahabatnya, berlarian kesana- kemari, mencoba menemukan makhluk-makhluk gaib yang hanya mereka lihat lewat gambar. Altraz begitu senang saat dia menemukan kawanan Deez, sejenis rusa dengan tanduk emas dan sepasang sayap di punggung, sedang minum di tepi sungai yang mengalir sepanjang hutan.
    Sejak saat itu hampir tiap akhir pekan dia pergi Hutan Assylum. Kadang bersama ayahnya, kadang bersama ibunya, tapi lebih sering bersama Bill. Tapi sejak memasuki Stadium dua, di mana dia dan Bill terpaksa masuk ke sekolah yang berbeda, dan dia mulai sibuk dengan tugas-tugas sekolah, sementara Bill juga mengalami nasib yang sama, Altraz tidak lagi datang ke Hutan Assylum. Lama-kelamaan dia mulai melupakan tentang hutan itu.
    Kini, setelah bertahun-tahun lamanya, keadaan Hutan Assylum tidak jauh berbeda dari yang dulu. Altrza masih bisa mengenali pohon besar yang biasa dipanjatnya dulu. Pohon itu masih berdiri kokoh, lebih tinggi dan besar. Altraz baru akan memanjat ketika dia mendengar sesuatu. Sebuah ledakan dari arah dalam hutan. Suaranya tidak terlalu keras, mungkin agak jauh ke dalam. Altraz segera mengeluarkan tongkatnya dan berlari ke arah sumber suara. Saat menyeberangi sungai dia mendengar ledakan kedua, yang disusul ledakan-ledakan lain. Pasti ada yang sedang bertarung.
    Bunyi ledakannya terdengar semakin keras dan Altraz dapat mendengar beberapa orang meneriakkan mantra. Altraz bersembunyi di sebuah pohon untuk melihat apa yang terjadi. Di tengah-tengah tanah lapang kecil di hadapannya terdapat empat orang penyihir berjubah hitam sedang menyerang seorang remaja seumuran dirinya. Altraz terkejut karena tampaknya pemuda itu tidak terpojok, dia justru berhasil menumbangkan salah seorang penyihir berjubah hitam itu.
    Tapi yang lebih mengherankan adalah senjata yang digunakan remaja itu, bukan tongkat kecil yang biasa digunakan para Wizard. Pemuda itu menggunakan tongkat panjang yang biasa digunakan para Mage. apa yang dilakukan seorang Mage muda di Rune-Zala?
     Sebuah mantra melesat dan meledak tepat di samping Altraz, mengenai sebuah pohon dan merobohkannya. Sekarang keadaan Mage remaja itu mulai terdesak. Beberapa kali dia gagal memblokir mantra, hanya sedikit membelokkannya dan meledak tepat di sampingnya. Altraz segera keluar dari persembunyiannya sambil mengacungkan tongkatnya dan menekan tombol di pangkalnya. Sebuah bolalistrik muncul di ujung tongkatnya, melesat dengan cepat dan tepat mengenai muka salah seorang penyihir berjubah hitam, yang langsung jatuh pingsan. Dia baru akan menyerang lagi saat kedua penyihir yang masih sadar memegang kedua temannya yang pingsan dan menghilang seketika.
    Altraz mendengar desahan lemah dan remaja di sampingnya roboh, "Hei, kau baik-baik saja?" Dia mendekati dan memeriksa remaja itu, detak jantungnya sangat lemah.
    " Hei, kau tidak apa-apa?", tanyanya lagi. Tapi remaja itu sudah tidak sadarkan diri. Altraz segeramenggendongnya dan membawanya keluar dari hutan.
    Sudah hampir gelap, tidak ada satu orangpun saat Altraz akhirnya keluar dari Hutan Assylum. Altraz segera menelpon ayahnya, yang sangat terkejut mendengar ceritanya, untuk segera menjemputnya. Setelah setengah jam menunggu akhirnya ayahnya datang dan mereka segera membawa Mage remaja itu ke Rumah Sakit.