Jumat, 12 Maret 2010

Dia

Senyumannya begitu menawan, mampu memukau dan memesona hati siapa saja yang melihatnya. Kedua mata hitamnya begitu jernih dan memancarkan kesucian jiwanya. Dan wajahnya yang bulat tampak cerah bercahaya bagai bulan purnama yang indah.

Setiap gerak tubuhnya selalu menjadi pusat perhatian. Kalau dia melakukan sesuatu yang mengejutkan, semua orang akan terkagum-kagum melihatnya.

Dia membuat semua orang ingin memberikan perhatian dan kasih sayang padanya. Dan tak ada yang bisa menahan diri untuk tidak menyentuh tubuh indahnya, di bagian manapun.

Saat dia tertawa, setiap orang yang melihatnya akan ikut tersenyum senang, bahkan terkadang bisa membuat orang menitikkan air mata haru. Saat dia menangis, orang-orang yang ada di sekitarnya akan segera menenangkan dan menghiburnya. Meskipun begitu, hanya satu orang yang bisa membuatnya tenang dan tertawa lepas kembali.

Sang Ibu akan menggendongnya dengan penuh kelembutan dan rasa sayang, dan bayi mungil yang tadinya menangis dan meronta-ronta itu akan langsung tenang sambil menatap lurus kedua mata ibunya. Tak ada yang lebih indah dari seorang bayi yang baru lahir dengan kepolosan dan kesucian jiwanya dan membuat orang-orang di sekitarnya merasa bahagia hanya dengan melihatnya saja.

Bookmark and Share

 

Rabu, 10 Maret 2010

antara mimpi, cita" dan hayalan

> aku punya mimpi bisa keliling Indonesia dan mengenal seluruh budaya dan daerah di negeri ini secara langsung. . .

> aku bercita" menjadi seorang seniman hebat yang menciptakan karya" luar biasa sepanjang masa. . .

> aku pernah berhayal menjadi seorang ahli sihir yang sangat hebat, bahkan melebihi Merlin. . .

Senin, 08 Maret 2010

Lelaki Buta Berjaket Merah

Entah sejak kapan aku tertarik pada lelaki itu dan memperhatikannya diam-diam. Sudah lebih dari setengah tahun aku berjualan jagung bakar di pinggiran jalan raya Kota Bandar Lampung dan setiap malam lelaki itu berjalan di hadapanku, selalu jam 7 dan jam 12.

Dia selalu berpenampilan rapi dan mengenakan sebuah jaket merah tebal, walaupun seluruh pakaiannya tidak tergolong pakaian mahal.

Dan dengan sebuah tongkat besi yang diketuk-ketukkannya di atas aspal, lelaki itu berjalan dengan santai, seolah dia bisa melihat semuanya dengan sangat jelas, atau mungkin dia sudah hafal jalan yang sudah sangat sering dilewatinya itu. Wajahnya tampak sangat tenang dengan sebuah senyum samar di kedua bibirnya. Tapi aku tak pernah tahu seperti apa bentuk matanya karena keduanya selalu ditutupi oleh sebuah kaca mata hitam.

Aku sering berpikir, ke mana dia pergi tiap malam? Tempat seperti apa yang dia tuju? Apa yang dilakukannya selama lima jam itu? Dan di mana rumahnya? Apakah jauh? Apakah harus menempuh beberapa jam berjalan kaki sebelum akhirnya melewatiku?